Surabaya - Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menutup lokalisasi Dolly pada awal tahun depan tidak mendapat sambutan baik dari masyarakat di sekitar lokalisasi. Penutupan tersebut dinilai terburu-buru yang akan menimbulkan dampak sosial. Bahkan, berpotensi menciptakan konflik horizontal.
Ketua Forum Masyarakat Komunikasi Lokalisasi (FMKL)Surabaya, Safik Mundzakir, mengatakan, penutupan harusanya dilakukan lima atau 10 tahun mendatang.
"Dalam jangka waktu itu Pemkot harus menyiapakan langkah-langkah termasuk perekonomian warga sekitar agar tidak terbengkalai seperti lokalisasi yang telah ditutup sebelumnya," kata Safik kepada Okezone, Kamis (12/12/13).
Pria yang tinggal di sekitar lokalisasi Dolly itu menambahkan, sejumlah lokalisasi yang telah ditutup seperti Bangun Sari dan Klakah Rejo masih menyisakan masalah. Di tempat itu, kata Safik, warga yang sebelumnya menggantungkan hidup dari lokalisasi jatuh miskin.
Sementara janji Pemkot yang siap memikirkan nasib warga tidak terealisasi. Belum lagi munculnya praktik pelacuran terselubung.
"Miris ketika persoalan ini dibiarkan. Saya dapat informasi pelacuran tidak di lokalisasi, tapi di lapangan, di kolong-kolong jembatan. Kalau sudah begini siapa yang disalahkan. Tentunya tanggung jawab pemerintah. Dengan begitu pelacuran semakin tidak terkontrol," jelasnya.
Diakui atau tidak, lanjutnya, keberadaan lokalisasi juga menyangga perekonomian wilayah. Sementara, Pemkot Surabaya tidak bisa memenuhi kebutuhan lapangan kerja. Safik mengaku tidak sepakat jika penutupan lokalisasi bila tidak diiringi kesiapan penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
No comments:
Post a Comment