Jakarta — Masih ingat orangutan betina Pony? Orangutan itu pernah ramai dibicarakan karena menjadi korban praktik prostitusi hewan untuk memenuhi kebutuhan seksual manusia.
Kini, kabar gembira datang. Pusat Rehabilitasi Orangutan di Nyaru Menteng telah merelokasi Pony ke Pulau Kaja sebagai langkah pralepasliar. Sebelumnya, Pony memasuki Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng untuk dirawat dan dididik kembali hidup sebagai orangutan.
”Kami sudah pralepasliarkan bulan lalu,” kata Jamartin Sihite, CEO Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), organisasi yang mengelola Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng.
Langkah pralepasliaran Pony tepatnya dilakukan 29 Juni 2013. Pony direlokasi bersama tujuh orangutan lainnya.
Jamartin menuturkan, langkah pralepasliaran diambil setelah Pony dianggap sehat, memiliki perilaku khas orangutan, dan mampu hidup di alam liar.
Mendeskripsikan kondisi Pony saat ini, Jamartin mengatakan, ”Dia sudah bisa membuat sarang sendiri, sudah bisa membedakan pohon buah dan mencari makan sendiri.”
Bulu-bulu Pony tumbuh lebat. Berat badan Pony mencapai 72,1 kilogram dan dominan dibandingkan dengan rekan-rekan orangutan lain yang dipralepasliarkan. Pony juga bebas dari penyakit TBC dan hepatitis.
Kondisi Pony saat ini kontras dengan kondisi saat baru masuk ke Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng.
Saat itu, bulu-bulu Pony habis dicukur. Pony sangat bergantung pada manusia. Tubuhnya dipenuhi gigitan nyamuk sehingga Pony tak berhenti menggaruk. Garukan memicu infeksi.
Jamartin mengatakan, di Pulau Kaja, Pony akan terus diawasi. Ilmuwan dan perehabilitasi orangutan akan memastikan bahwa Pony mampu hidup di alam.
Sedikit kisah, Pony disita oleh BOSF serta Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) dari orang yang memeliharanya di Desa Kareng Plangi, Kalimantan Tengah, tahun 2003.
Penyitaan sempat terkendala karena pemilik Pony tak mau menyerahkannya. Bagi pemilik, Pony menjadi aset untuk mendapatkan uang.
Pony memasuki Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng pada 13 Februari 2003. Saat itu, Pony berusia 6 tahun. Kini, Pony berusia 17 tahun.
Pony pernah memasuki tahap pralepasliar pada 2005 di Pulau Bangamat. Namun, saat itu Pony dinilai belum siap. Pony tak mau naik ke pohon dan bergantung pada manusia untuk mendapatkan makanan.
Jamartin optimistis kali ini Pony dapat melewati tahap pralepasliar dan bisa hidup bebas di alam lagi.
”Kalau dana ada, mungkin enam bulan lagi Pony sudah bisa dilepasliarkan,” kata Jamartin saat dihubungi Kompas.com, Selasa (30/7/2013).
Untuk membebaskan satu individu orangutan dibutuhkan Rp 50 juta. Biaya terbesar adalah transportasi yang harus menggunakan helikopter.
Source: Kompas.com
No comments:
Post a Comment